Newsletter

5 Cara Menggunakan Facebook untuk Menghasilkan Uang

Setelah rajin nongkrong di facebook, pertanyaan yang mungkin anda pikirkan adalah bagaimana cara menghasilkan duit dari “mainan” yang makin digandrungi ini? Benarkah facebook bisa menjadi sumber penghasilan berikutnya?

Jika anda tertarik menghasilkan uang lewat jejaring sosial ini, berikut 5 langkah standar yang sudah umum dibicarakan:

Pertama, facebook untuk jualan. Dengan cara ini anda bisa berjualan produk secara langsung. Facebook menyediakan aplikasi sendiri yang dinamakan “marketplace”. Anda juga bisa langsung jualan kepada teman-teman atau grup yang berada satu jaringan.

Kedua, membuat facebook application. Cara ini sangat maknyuss bagi anda yang punya keterampilan programming. Seperti di tempat lain, dengan semakin banyaknya pengguna facebook, kebutuhan terhadap aplikasi made in Indonesia juga akan ikut terdongkrak.

Ketiga, menggunakan facebook untuk beriklan. Ini adalah cara tidak langsung, tetapi jika iklan anda berhasil menyasar konsumen potensial, facebook otomatis akan mendatangkan antrian pembeli. Kelebihan facebook, anda bisa memilih target market mana saja yang ingin anda banjiri dengan iklan.

Keempat, jualan jasa. Anda bisa mengumpulkan recehan di facebook dengan mengutip biaya pada aplikasi yang anda buat. Syaratnya, tentu saja anda perlu terlebih dulu membuat aplikasi yang digemari. Jika anda penggemar game misalnya, di facebook banyak aplikasi yang menawarkan layanan premium. Soal pembayaran, cukup menggunakan paypal saja.

Kelima, mencari investor. Di facebook anda kembali bertemu dengan banyak orang kendati tidak secara langsung. Nah, jika anda punya ide bisnis yang potensial, bisa saja menawarkannya kepada teman-teman dijaringan anda untuk mendanainya.

Lima langkah tersebut pernah ditulis di mashable.com. Nah, berikut catatan saya:

Pertama, tidak semua orang bisa menjalankan sekaligus kelima langkah tersebut, terutama untuk poin kedua dan keempat.

Facebook apps memang paling digemari, tetapi jika tidak bisa programming berarti kita harus memakai jasa programmer dan itu biayanya tidak sedikit.

Kedua, setidaknya hingga saat ini, pasang iklan di facebook harus menggunakan kartu kredit dan ongkosnya dalam dolar. Agak ribet buat orang Indonesia yang belum terbiasa atau tidak punya credit card.

Ketiga, banyak diketahui facebook lebih diminati sebagai tempat having fun dan belum menjadi kawasan belanja untuk kebanyakan orang. Tapi, keadaan seperti ini bisa bergeser cepat di masa datang.

Jadi, cara mana yang anda pilih untuk menambang uang di facebook?
image

Apakah anda sedang kecanduan Facebook??berikut tanda-tanda orang kencaduan Facebook

Sejak diluncurkan 4 Februari 2004, situs jejaring sosial facebook telah memikat jutaan hati penggunanya. Mulai siswa sekolah, ibu rumah tangga, selebriti, hingga politisi, kini memiliki jejaring sosial facebook. Berkat kemajuan teknologi, kini kita pun dapat memperbarui status facebook dan mengomentari foto setiap saat. Rasanya, kini ada yang kurang bila setiap hari tidak masuk ke situs ini dan melakukan aktivitas “facebook-ing”.

Manfaat facebook memang tak cuma untuk pergaulan, tapi juga sarana komunikasi, mencari pekerjaan, hingga kampanye. Sayangnya kesibukan mengutak-atik facebook membuat banyak orang kini lebih banyak menghabiskan waktu ketimbang bekerja. Tak heran bila banyak perusahaan yang mulai menerapkan kebijakan mengeblok situs ini di kantor. Sebuah penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara facebook dengan meningkatnya angka perceraian di Inggris dan Australia.

Nah, apakah Anda termasuk dalam orang yang hidupnya mulai dikendalikan facebook? Simak 10 tanda berikut ini.

1. Facebook telah menjadi homepage internet di komputer atau laptop Anda.

2. Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman.

3. Daftar teman Anda sudah melebihi angka 500 orang dan setengahnya hampir tidak dikenal.

4. Bila sedang jauh dari komputer, Anda mencek facebook melalui BlackBerry, iPhone, atau ponsel pintar lainnya

5. Rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari, meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.

6. Anda mengubah profile foto lebih dari 12 kali.

7. Anda membaca artikel ini sambil mencek facebook.

8. Anda membersihkan “wall” agar terlihat sudah lama tidak masuk ke fb.

9. Anda menjadi anggota lebih dari 10 grup dan merespons setiap undangan meski sebenarnya tak berminat.

10. Anda mengubah status hubungan hanya untuk meningkatkan popularitas di facebook.
image

Perang Dingin Indonesia VS Malaysia

Kesenian Reog di tanah air sudah sangat mengenalnya sebagai kesenian khas daerah Ponorogo Jawa Timur, dan sering ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar nasional. Dalam perkembangannya, kesenian warisan leluhur ini, menjadi daya tarik para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.

Kini Reog ramai dibicarakan. Malaysia, negara tetangga, mengklaim kesenian tradisional yang telah mengakar dalam masyarakat kita ini, sebagai milik mereka, sebagaimana disebut dalam Website Kantor Kementerian Kebudayaan, Kesenian Warisan Malaysia, www dot herytage dot gov.my.

Dalihnya, seni tari barongan, demikian mereka menyebut, jenis kesenian melayu dan harus dilindungi. Klaim sepihak ini, keruan saja, memicu protes dari banyak kalangan di tanah air, terutama mereka yang selama ini berkecimpung dalam kesenian Reog. Beberapa hari lalu, mereka, mengatasnamakan Paguyuban Reog se Indonesia, mendatangi kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, menyampaikan protes mereka.

Informasi yang berkembang tak hanya reog yang diklaim negeri jiran tetangga itu, tapi juga Tari Piring, Kuda Kepang, bahkan permainan Congklak. Semua dikemas sedemikian rupa dan diganti namanya, sekedar beda dengan aslinya.

Konflik dengan Malaysia, bukan kali ini terjadi. Sejarah panjang mencatat, hubungan dua negara tetangga memang terus mengalami pasang surut.

Berbagai peristiwa mewarnai panas dinginnya hubungan itu. Banyak kalangan masih ingat, bagaimana kelompok separatis asal Aceh, mendapat suaka di negeri itu. Rebutan Pulau Sipadan Ligitan, juga masih menjadi luka bangsa, apalagi jika membicarakan nasib tenaga kerja kita di sana.

Sejarah bahkan mencatat di tahun 1963, kedua negara terlibat konfrontasi, saat negeri tetangga ini mengobarkan ambisi bernama proyek Malaysia, ingin membentuk negara federasi yang konon akan meliputi meliputi Babah, Serawak, Singapura bahkan Brunai. Buntutnya, Presiden Soekarno geram dan memutuskan hubungan negara Malaysia, sampai kemudian terjalin lagi beberapa tahun setelahnya.

Karena itu, kisruh urusan caplok mencaplok seni budaya oleh Malaysia ini, justru menumbuhkan tanda tanya bagi bangsa ini, apa sebenarnya maksud negeri jiran tetangga satu ini?.

Malaysia, dianggap telah sengaja memantik api dan membuka lagi luka-luka lama. Kemarahan masih belum reda saat Donald Pieters Luther Kolopita, seorang wasit karate asal Indonesia, dianiaya 4 anggota Polisi Diraja Malaysia dalam sebuah razia.

Dalam banyak masalah, konflik kebanyakan dipicu sang tetangga. Ambil contoh masalah TKI di sana, tak terhitung kasus penganiayaan, penangkapan, pelecehan sampai pemerkosaan. Tak heran, kadang, kita jadi geram sendiri, termasuk melihat sikap kompromis pemimpin kita selama ini.

Silang sengketa Indonesia dan malaysia kali ini, memang seperti memasuki babak baru, dalam persoalan seni budaya. Berbeda dengan sebelumnya, yang lebih banyak karena masalah politik, batas wilayah dan ketenagakerjaan. Karena itu wajar, kalau masyarakat kalangan di tanah air bertanya, apa sebenarnya maunya Malaysia.

Ya. Sengketa di bidang budaya, memang hal baru dalam konteks perselisihan Indonesia dan Malaysia. Langkah Departemen Pariwisata Malaysia memasukkan lagu Rasa Sayange sebagai jingle promosi pariwisata, bersama keragaman seni budaya Indonesia lain sebagai aset budaya mereka, dianggap telah mencederai nilai-nilai persahabatan sebagai dua negara bertetangga, dan lahir dari rumpun yang sama. Melayu.

Adalah masyarakat Maluku pula yang pertama bereaksi, sampai akhirnya menjalar ke sejumlah daerah, dan ujung-ujungnya, membuka lagi berbagai luka lama yang mengarah pada sikap anti pati pada negara tetangga ini.

Apalagi belakangan terungkap, bukan hanya lagu Rasa Sayange yang diklaim Malaysia, tapi juga beberapa seni budaya lainnya, seperti angklung, seni batik yang jelas-jelas tumbuh dan berkembang di tanah Jawa sejak zaman nenek moyang.

Seni batik yang merupakan warisan budaya bangsa kita juga menjadi sasaran Malaysia. Kendati sedikit berbeda motif dan corak, tapi esensi batik Malaysia memiliki ada kemiripan dengan batik Indonesia.

Seni wayang golek tak ketinggalan, ikut pula diakui Malaysia, bahkan dijadikan logo promosi dalam brosur, seperti terlihat di salah satu hotel di Kuala Lumpur, Malaysia.

Dari sinilah, muncul pemahaman masyarakat di tanah air, klaim sepihak Malaysia atas berbagai karya seni budaya leluhur bangsa Indonesia ini, memunculkan pertanyaan, apa maunya negara tetangga kita ini. Karena itu bisa dipahami, kalau masyarakat menyikapinya dengan agak emosional.

Segmen 3

Menghadapi situasi seperti ini, kearifan langkah pimpinan kedua negara memang sangat diperlukan, karena bagaimanapun, prinsip saling membutuhkan antar kedua pihak tetap harus lebih dikedepankan.

Membicarakan kebudayaan Malaysia, tak lepas dari sejarah panjang kehadiran warga negara Indonesia di Malaysia, yang sebenarnya sudah lama, jauh sebelum negara itu memproklamirkan kemerdekaannya 50 tahun silam. Banyak warga Indonesia, terutama dari Suku Bugis, Minang dan Jawa, menetap bahkan telah berganti warga negara.

Apalagi di tahun 1971 pemerintah Malaysia menetapkan kebijakan ekonomi baru, membuka lebar lapangan kerja bagi warga Indonesia, terkait dengan menguatnya pengaruh komunis ketika itu. Bersama warga serumpun Melayu, Malaysia bahu membahu menghalaunya.

Tapi, itu cerita lama. Beberapa kawasan kini dikenal menjadi pusat pemukiman warga Indon dan menjadi simbol harmonisnya hubungan kedua negara seperti di Kampung Chow Kit, Kampung Baru, Bukit Bintang Selatan atau Kampung Pandan dan Kajang, kini justru menjadi pusat pertikaian. Pasukan Sukarelawan Malaysia yang disebut “Rela”, setiap hari seliweran berkeliling memburu orang Indonesia yang mereka anggap sebagai pendatang haram.

Pasukan Rela yang awalnya bertugas membantu polisi dan imigrasi, dalam perkembangannya banyak menangani warga negara asing, terutama warga negara Indonesia yang mereka anggap masuk ke Malaysia dengan status pendatang haram.
Praktek di lapangan mereka tak hanya terlibat penangkapan, tapi juga penganiayaan sampai pemerkosaan. Kerja serampangan tak hanya mengenai TKI, tapi juga mahasiswa, bahkan keluarga diplomat.

Pada aspek lain, kehadiran warga Indonesia di Malaysia, menciptakan pembauran budaya. Mereka yang datang membawa aneka ragam seni tradisional daerah asal, termasuk Reog, angklung dan beberapa jenis seni budaya lain.

Masalah muncul, ketika Malaysia, dalam banyak kesempatan, menggunakan seni budaya asal Indonesia ini, untuk kepentingan pariwisata mereka. Inilah yang memunculkan tudingan, negara itu telah mencaplok kebudayaan asli Indonesia, walau belakangan klaim itu mereka bantah.

Wakil Ketua DPR RI yang membidangi masalah ini, Muhaimin Iskandar melihat, kisruh seperti ini, tidak lepas dari kesalahan kita sendiri, yang kurang memahami pentingnya perlindungan atas karya cipta yang kita miliki sebagai bangsa.

Banyak yang belum paham, bahwa sesuai Undang-undang Hak Cipta, sebuah karya cipta seni, legalitas kepemilikannya dibatasi waktu.

Karena itu, hal-hal seperti ini diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah Indonesia. Pemerintah harus pro aktif mengambil langkah, agar kedaulatan kita sebagai bangsa tidak bisa semena-mena diganggu bangsa lain, tak kecuali mereka yang mendengung-dengungkan saudara serumpun. (Firdaus Masrun/Sup)
image